YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 02 Desember 2011

Terima Kasih, Mimpi (part2)

Aku bersiap untuk pergi ke sekolah. Aku berpamitan dengan kedua orang tuaku. Dan bergegas mengambil sepeda di belakang rumahku. Sekolah ku tidak jauh dari sini. Aku biasa menggunakan sepeda. Udara pagi ini sangat segar. Ku hirup udara ini. Benar-benar sejuk. Aku suka tinggal disini. Suasananya sepi, udaranya bersih, dan tak lupa tetangga-tetangga yang sangat ramah. Aku hampir sampai di sekolah.

Akhirnya, akupun sampai di sekolah. Aku segera memarkirkan sepedaku dan bergegas masuk ke dalam kelas. Tampak kelas masih sepi. Hanya ada beberapa temanku saja. Aku biasa datang pagi. Karena menurutku, di pagi hari otak kita masih segar. Jadi ketika belajarpun aku bisa konsentrasi. Kalau terlambat, pikiranku kacau. Tidak teratur, bahkan belajar jadi tidak konsentrasi. Aku bergegas meletakkan tasku diatas meja dan duduk di kursi. Pikiran ku kin kosong. Tapi tiba-tiba aku kembali terpikir tentang ujian nasional. Apa yang bisa aku lakukan? Aku melihat wajah teman-temanku. Mereka begitu murung karena takut tidak naik kelas. Aku sedih melihat mereka. Aku ingin melakukan sesuatu agar mereka bisa tersenyum kembali. Tapi apa? Mereka hanya ingin UN dihapuskan. Aku hanya siswa biasa. Bisa apa aku ini? Aku bingung harus melakukan apa. Semua cara yang bisa kulakukan, sudah kulakukan. Menghibur mereka dengan cara bercerita lucu, dan masih banyak lagi. Tapi semua yang aku lakukan hanya berpengaruh sesaat. Beberapa hari kemudian mereka teringat lagi tentang UN. Aku juga merasakan apa yang mereka rasakan.

Kelas mulai ramai, karena sebentar lagi bel berbunyi. “Teng, Teng,” akhirnya bel pun berbunyi. Semua duduk di kursi masing-masing. Wali kelas kami Pak Anto masuk. Kami bersiap melaksanakan upacara kecil yang biasa dilaksanakan setiap hari. Setelah selesai, Pak Anto mulai membicarakn tentang UN. “Anak-anak, waktu kita untuk belajar semakin sedikit. UN akan datang. Kalian harus mengahadapinya dengan ikhlas. Bapak tau, kalian tidak suka dengan keputusan pemerintah ini. Ya tapi mau bagaimana lagi? Kita ini hanya orang biasa. Kita tidak bisa menolak. Kita hanya bisa mengikuti perintah mereka. Kemarin saat rapat guru, kami semua membahas ini. Tapi ya hasilnya sama. UN tetap wajib dilaksanakan. Tidak bisa ditolak.” jelas Pak Anto. Aku mulai angkat bicara. “Tapi Pak, memang Kepala Sekolah tidak bisa meminta atau memohon kepada Diknas?” tanyaku. “Tidak bisa, nak. Kepala Sekolah sudah pernah mencobanya, tapi ditolak. Diknas bilang bahwa UN harus tetap dilaksanakan. Kita sudah tidak bisa menolak lagi. Kita harus mengikuti apa yang Diknas katakan. Kecuali, Pak SBY berkehendak lain dan meminta kepada Diknas untuk menghapuskan UN.” jawab Pak Anto. Ya Tuhan, harus apalagi aku ini? aku sudah muak dengan semua ini. Ya Tuhan, tolong bantu aku dan teman-temanku agar kami bisa mengahapuskan UN. Walaupun tidak terhapus, kami minta agar dimudahkan dalam menyelesaikan soal-soal itu, Amin.

0 comments: