YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 02 Desember 2011

Terima Kasih, Mimpi (part1)

Terima Kasih, Mimpi

“Kring, kring,” jam wekerku pun berbunyi, tepat pukul 04.00 dini hari. Ini pertanda bahwa aku harus bangun dan memulai semua aktivitasku. Namaku Desi. Aku duduk dibangku kelas 6 sekolah dasar. Sebentar lagi, derajatkupun meningkat. Bukan seorang anak sekolah dasar lagi, melainkan seorang anak SMP. Aku harus melaksanakan ujian dulu agar bisa masuk ke SMP. Itu baru ujian untuk kelulusan. Belum ditambah dengan ujian masuk SMP. Aku ini hanya anak biasa. Nilaiku pas-pasan. Aku sendiri kadang masih meragukan apakah aku siap untuk ujian nanti. Ujian untuk menentukan apakah aku lulus atau tidak. Kadang akupun berfikir. Mengapa pemerintah tega-teganya membuat ujian ini. Ujian yang hanya dilaksanakan selama beberapa hari. Menurutku, ini sangat tidak adil. Kami yang mati-matian belajar selama enam tahun, hanya dites selama beberapa hari. Dan kalau hasil tes itu jelek, maka kami tidak lulus? Kami, kami yang belajar selama enam tahun lamanya hanya diberikan waktu tiga hari untuk menyelesaikan semuanya? Semua ini? Lalu kalau tidak lulus kami harus apa? Mengulang lagi? Sungguh tidak adil. Yang kami minta sebagai seorang pelajar bbukan untu menghapuskan Ujian Nasional ini. Kami hanya ingin, agar nilai kelulusan tidak hanya diambil dari ujian ini. Kita belajar butuh proses. Bisa jadi meningkat, menurun, atau bahkan standar-standar saja. Bisa saja seorang anak yang selalu berada diperingkat pertama salah menggunakan pensil ketika ujian. Yang seharusnya menggunakan penil 2B, dia menggunakan pensil yang lain. Mungkin kedengarannya memang konyol. Tapi apa yang tidak mungkin di dunia ini? Dia mengerjakan semua tesnya hingga selesai. Dia tidak menemukan kesulitan sama sekali. Tapi ketika diperiksa oleh komputer, ternyata tak terbaca karena ia tidak menggunakan pensil 2B, dan akhirnya ia mendapatkan nilai jelek. Ia tidak lulus tes ini dan harus mengulang kelas. Sungguh memalukan bukan? Tuhan menciptakan kita semua sama. Kita semua adalah anak-anak Indonesia yang pintar. Tidak ada yang bodoh di dunia ini. Tapi untuk mencapai tingkat ‘pintar’, setiap orang punya waktu yang berbeda-beda. Semua butuh proses. Dan lewat proses inilah kita bisa melihat kepintarannya. Dari sinilah kita bisa melihat apakah orang tersebut bisa lulus atau tidak. Bukan dari ujian yang hanya tiga hari. Sudahlah. Percuma. Kita semua sebagai siswa hanya bisa mengikuti perintah. Ikuti saja kemauan mereka. Yang penting kita bisa lulus dan masuk ke SMP yang kita inginkan.

Kulupakan semuanya, dan beriap-siap memulai aktivitas pagi ini. Aku tinggal bersama ayah, ibu, dan kedua adikku. Setiap pagi, aku yang bertugas untuk membuat sarapan. Aku bergegas menuju dapur dan berisap untuk membuat sarapan. Aku memang tidak terlalu bisa memasak. Tapi kalau hanya untuk menggoreng saja sih bisa. Aku sangat berterima-kasih kepada tuhan karena walaupun masakanku sederhana, adik-adikku tetap suka. Mereka selalu melahapnya hingga tak tersisa. Hanya senyum bahagia yang bisa aku tunjukan ketika melihat kedua adikku sedang menikmati masakkanku.
Sarapan untuk kedua adikku sudah jadi, dan aku juga sudah selesai sarapan. Jadi aku memutuskan untuk sholat Subuh, mandi dan bersiap pergi kesekolah. Aku memasuki kamar mandi. Sebuah kamar mandi sederhana. Aku mengambil air wudhu. Aku kembali ke kamar dan sholat subuh. Aku berdoa kepada Tuhan. Aku berddoa agar aku se-keluarga bisa tetap hidup bahagia hingga akhir nanti, dan tak lupa, aku bisa lulus. Aku minta kepada Tuhan agar bisa membantuku, memudahkanku, ketika ujian nanti. Bahkan aku sering meminta petunjuk kepada-Nya. Petunjuk bagaimana agar aku bisa menghapus UN. Ya memang aku bukan siap-siapa. Tapi aku ingin agar aku dan teman-teman terbebas dari UN ini. Bagaimanapun caranya. Aku mulai sholatku. Sholat yang khusyuk. Tak lama, aku selesai. Aku berdoa kepada yang maha kuasa. Semua yang terbaik untuk kehidupanku, dan juga semua orang di dunia ini. Setelah berdoa, aku tak lupa untuk selalu membaca kalimat yang aku tempelkan di tembok arah kiblat. Jadi setiap selesai sholat, aku selalu membacanya. “Keep smile and face the truth.”

0 comments: